Rabu, 13 Januari 2016

Tugas Pengantar Bisnis 2



PENGANTAR BISNIS
”STRATEGI YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”


Di susun oleh:
Sri sulistyaningsih



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA



DAFTAR  ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ……………………………………………………………                       2
1.2  Rumusan Masalah  ………………………………………........................                         3
BAB II TELAAH LITERATUR ………………………………………………....            4
2.1 Intellectual Capital ……………………………………………………….             4
2.2 Keunggulan Kompetitif Perusahaan ……………………………………             4
2.3 Kepemimpinan …………………………………………………………..              5
2.4 Kerangka pemikiran………………………………………………………            6
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………           7
BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………………             10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..             11



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pada jaman sekarang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi sudah menjadi salah satu kebutuhan utama dalam semua aspek kehidupan kita. Perkembangan teknologi yang melaju sangat pesat dapat kita gunakan juga untuk memajukan suatu usaha, teknologi informasi memiliki keunggulan bila kita mengimplementasikannya kedalam kegiatan dan struktur suatu perusahaan. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya diharapkan sebagai institusi pencipta kekayaan, namun diharapkan dapat menambah kekayaan tersebut. Untuk menambah kekayaan tersebut memerlukan kinerja yang baik yang dilakukan secara efektif dan efisien.

Perusahaan tidak akan pernah berhenti menghadapi permasalahan di dalam dan di luar perusahaan. Permasalahan di dalam menyangkut aspek retrukturisasi organisasi perusahaan, akuisisi, dan merger serta aliansi strategik. Dalam aspek yang lebih operasional menyangkut manajemen finansial, produksi, pemasaran, manajemen administrasi dan manajemen sumberdaya manusia. Sementara itu masalah eksternal ditandai oleh aktifitas ekonomi pasar sedemikian dinamisnya seperti tuntutan pelanggan terhadap mutu dan keamanan produk, fluktuasi harga input dan output, ekspansi pasar perusahaan lain, teknologi dan pesaing. Dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan harus menghadapi tantangan bahkan tekanan-tekanan internal dan eksternal itu. Salah satu pendekatannya adalah bagaimana mengefektifkan potensi sumberdaya yang ada.

Sumber daya informasi perusahaan mencakup lebih dari sekedar informasi. Sumber daya tersebut mencakup pula perangkat keras, fasilitas, perangkat lunak, data, para spesialis informasi dan para pemakai informasi.Kegiatan mengidentifikasi sumber daya informasi yang akan dibutuhkan perusahaan dimasa depan, mendapatkan sumber daya tersebut, dan mengelolanya disebut perencanaan sumber daya informasi secara strategis (strategic planning for information resources), atau SPIR. SPIR adalah tanggung jawab manajer, tetapi manajer organisasi jasa informasi (information services) memainkan peranan pentinh. Jabatan CIO, yaitu chief information officer, menjadi semakin popular untuk menggambarkan manajer jasa informasi.

Kepemimpinan Strategik (strategic leadership) berhubungan dengan pengelolaan proses penyusunan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaan, yang akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. untuk meningkatkan nilai dari pemegang saham, para manajer harus mendorong penyusunan strategi yang dapat meningkatkan kemampulabaan dari perusahaan dan memastikan laba perusahaan akan terus meningkat. Untuk dapat melakukan ini, perusahaan harus dapat mengalahkan para pesaingnya; perusahaan haruslah memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage).

Mayoritas organisasi bisnis dewasa ini kurang efektif dalam mencapai tujuan bisnisnya, karena dalam menjalankan usahanya lebih cenderung berfokus pada besarnya peranan modal financial (financial capital) dari pada modal intelektual (intellectual capital) yang mereka miliki. Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa perusahaan multinasional yang menguasai perekonomian dunia pada era globalisasi sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam mengelola modal intelektual. Kapasitas intelektual dari sumberdaya manusia yang dimiliki organisasi dapat dilihat dari kualitas ide-ide,informasi,pengetahuan dan keahlian serta komitmen yang mereka miliki.

Apabila kompetensi-kompetensi yang dimiliki karyawan itu meperoleh peluang yang besar untuk mengaktualisasikan dan mengintegrasikannya ke dalam proses manajemen, maka modal intelektual ini diyakini akan meningkatkan kemampuan asset secara signifikan baik terhadap peningkatan profit, kinerja, kepuasan kerja, kepuasan pelanggan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Mengelola suatu organisasi bisnis baik yang berorientasi pada profit maupun non profit ternyata tidakhanya tergantung pada besarnya modal finansial (financial capital) yang kita miliki atau semua jenisasset kasat mata lainnya.

Dalam konteks perekonomian abad informasi, ada kenyataan lain yang lebih
penting bagi perusahaan yaitu modal intelektual (intellectual Capital). Kenyataan menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional yang menguasai perekonomian dunia, sangat tergantung pada modal intelektual pengetahuan, informasi, hak cipta intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Modal intelektual dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu modal manusia dan modal structural. Merebaknya arus globalisasi ke seluruh penjuru dunia yang dibarengi dengan kemajuan teknologi yang demikian pesat, telah mengubah kompleksitas dan dinamika lingkungan.

Upaya yang dapat ditempuh oleh pelaku bisnis untuk mempertahankan diri
adalah dengan meningkatkan kinerja manajerial, dan melakukan inovasi dalam bisnisnya. keunggulan kompetitif dapat dibentuk melalui berbagai cara, seperti menciptakan produk dengan desain yang unik, penggunaan teknologi modern, desain organisasi, serta menggunakan sumberdaya yang ada dengan efektif, efisien serta ekonomis. Keunggulan ini dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti inovasi produk, desain organisasi, serta menggunakan sumberdaya
yang efektif dan, efisien dan ekonomis. Peran knowledge sebagai aset yang cukup penting bagi perusahaan diikuti dengan semakin pentingnya identifikasi dan pengelolaan intellectual capital.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.      Apakah intelectuall capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan ?
2.      Apakah berpengaruh keunggulan teknologi informasi terhadap kompetitif perusahaan?
3.      Apakah kepemimpinan pada perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan?

BAB 11
TELAAH LITERATUR

2.1 INTELECTUAL CAPITAL
        Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan masih kurangnya studi modal
intelektual di Indonesia, maka penelitian ini akan mencoba mengkaji literatur-literatur
yang berkaitan dengan pengukuran dan pelaporan modal intelektual. Sedangkan
penelitian ini ditujukan untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang
komprehensif terhadap perkembangan pemikiran pengukuran modal intelektual serta
pengungkapannya dalam kinerja perusahaan. Oleh karena itu modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para perusahaan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam kinerja perusahaan.

Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya,
sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping
itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap
human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan
elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini penulis ambil
karena minimnya informasi yang penulis peroleh tentang modal intelektual di
Indonesia. 

            Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, maka modal yang
konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva fisik
lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada
pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara
efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing. Sebelum kita mengukur sesuatu, maka kita harus mengetahui apa yang akan kita ukur. Begitupun halnya dengan modal intelektual, bagaimana seharusnya modal intelektual didefinisikan.


2.2 KEUNGGULAN KOMPETITIF PERUSAHAAN
            Keungulan kompetitif mengacu pada penggunaan informasi untuk mendapatkan leverage di pasaran. Idenya adalah perusahaan tidak harus sepenuhnya mengandalkan sumber daya fisik yang lebih unggul saat terlibat dalam persaingan. Sebalinya, sumber daya konseptual yang unggul data dan informasi dapat digunakan sama baiknya. Sejumlah perusahaan telah mendapatkan publikasi yang luas karena menggunakan informasi untuk mencapai keunggulan kompetitif. Beberapa diantaranya adalah American Airlines dengan system pemesanan penerbangan yang disebut sabre, American Hospital supply dengan jaringan EDI (electronic data inter change), dan McKesson Drug dengan system distribusinya yang disebut Economost.

            Seiring dengan perusahaan memnuhi kebutuhan produk dan jasa para pelanggannya, perusahaan tersebut akan berusaha untuk mendapatkan keunggulan di atas para pesaingnya, satu hal yang tidak selalu terlihat jelas adalah adanya fakta bahwa sebuah perusahaan juga akan dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui sumber daya manusianya. Didalam system informasi, keunggulan kompetitif (competitive advantage) mengacu pada penggunaan informasi untuk mendapatkan pengungkitan di dalam pasar. Keunggulan kompetitif dapat di rerealisasikan dalam hal untuk mendapatkan keunggulan strategis, taktik, maupun operasional. Tiga tinggkat keunggulan kompetitif tersebut akan bekerjasama untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara substansial.

            Sebagian besar perushaan yang  baik umumnya didirikan dengan keunggulan kompetitif atau perusahaan-perusahaan tersebut dapat menerapkan criteria dan standar tertentu aagar dapat menemukan keunggulan kompetitif. Sering kali hal ini dilakukan melalui pemangkasan dan eliminasi proses bisnis dalam sebuah perusahaan. Setelah perusahaan telah menemukan semua keunggulan kompetitif, itu seharusnya didasarkan pada sesuatu hal dimana perusahaan pesaing anda tidak memilikinya. Untuk mencari keunggulan kompetitif  yang bertahan lama anda harus dapat mencari sesuatu yang berbeda dari pesaing-pesaingnya yang tidak dapat ditiru dengan mudah.

2.3 KEPEMIMPINAN

            Alasan utama menjalankan strategi perusahaan adalah untuk mendapatkan manfaat kepemimpinan yang baik yang dapat menjalankan perusahaan lebih maju. Pemimpin yang strategi harus menyadarkan bahwa lingkungan dalam perusahaan domestic maupun internasional dapat mempengaruhi setiap mengambil keputusannya. Setiap kepemimpinan strategis dapat menggambarkan dan menganalisa kondisi lingkungan strategis yang saling berkaitan, melengkapi dan saling bertentangan dan setiap kepemimpinan strategis dapat mencermat perkembangan yang ada. Pemimpin yang strategis walaupun tidak mengambil keputusan strategis, akan tetapi mereka masih bisa memberikan kontribusi dan mempengaruhi dari keputusan strategi yang di ambil.

            Menjadi pemimpij yang strategi memerlukan pengalaman dan penugasan yang bervariatif dan penuh dengan tantangan yang dihadapi, selain itu pada dasarnya seorang pemimpin harus memiliki kompetensi, kemampuan dan komitmen untuk pembangunan perusahaan agar lebih maju. Pemimpin memiliki kompetensi strategis dapat memahami keputusan dan perspektif kedepan yang lebih baik. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama antara pemimpinan dan anggotanya, tugas pemimpinan tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpinan memahami akan tugas yang harus dilakukannya, oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing dll.

            Kepemimpinan yang baik adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berpengalaman dalam menentukan kebijakan, visi dan misi untuk membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang yang dihadapkan dengan tantangan lingkungan strategis, kelompok volatile, permasalahan kompleks dan ambigu, namun keputusan dapat dibuat dengan tepat. Strategi kepemimpinanefektif sangat penting dalam pertumbuhan organisasi perusahaan. Seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas, mampu untuk menilai setiap kegiatan, menciptakan pemimpin masa depan, komunikasi yang efektif, memperhitungan resiko agar dalam menjalankan perusahaan dengan baik.

2.4 KERANGKA PEMIKIRAN

 






 










BAB III

PEMBAHASAN

            Dalam persaingan yang begitu ketat, maka organisasi bisnis modern baik yang berorientasi pada profit maupun nonprofit harus dapat meningkatkan dan memberdayakan modal intelektual dan komitmen manajemen dalam organisasi yang dikelolanya agar dapat meningkatkan kompetensi pegawai.Peningkatan modal intelektual dan komitmen manajemen ini harus berfokus pada kompetensi yang diperlukan oleh organisasi untuk mengimplementasikan strategi bisnis yang ditetapkan. Agarmanajemen dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap pencapaian tujuan organisasi maka pengembangan kompetensi harus berorientasi pada strategi bisnis dan strategi pengembangan manajemen sumberdaya manusia.

Kapabilitas pembelajaran (learning capacity) individu atau kelompok dalam organisasi terutama dalam memahami visi dan sebagainya mungkin terbatas sehingga rumusan visi, misi dan lain-lain yang harus dijalankan terwujud dalam perilaku kerja. Strategi bisnis berkaitan erat dengan strategi sumberdaya manusia. Melalu praktik-praktik MSDM seperti: desain jabatan, staffing, pelatihan, pengembangan, penilaian dan kompensasi daharapkan dapat menciptakan SDM yang memiliki kompetansi, komitmen dan motivasi yang tinggi untuk mendukung implementasi strategi bisnis. Berdasarkan nilai-nilai yang dikembangkan dalam organisasi diharapkan orang-orang dalam organiasi akan berprilaku sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dikembangkan. Harapannya adalah tercapainya visi, misi, dan tujuan strategic organisasi.

Visi, misi dan tujuan perusahaan memerlukan dukungan individu-individu yang memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi. Komitmen ini dalam perspektif ilmu prilaku bersumber dari nilai-nilai yang dikembangkan oleh organisasi dan merupakan dasar terbentuknya budaya kerja yang diharapkan. Nilai-nilai itu merupakan prinsip-prinsip bisnis yang harus menjadi landasan kerja bagi setiap individu yang terlibat. Komitmen karyawan dalam berbagai bentuk seperti committed terhadap perubahan, integritas moral yang tinggi, pelayanan yang prima dan mengutamakan prestasi, jelas merupakan sikap-sikap yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi.

Keterlibatan dan kontribusi karyawandalam implementasi strategi perusahaan dalam kacamata sumberdaya manusia merupakan factor yang penting, sehingga karyawan diletakkan pada posisi sebagai patner strategis. Sebutan sebagai patner strategis merpakan metafora yang menunjukkan bahwa tanpa keterlibatan karyawan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan sehari-hari, upaya apapun yang dilakukan oleh manajer untuk mencapai kesuksesan tidak akan berhasil secara optimal. Oleh karena itu perhatian terhadap factor-faktor yang mempengaruhi kualitas kontribusi karyawan terhadap organisasi harus menjadi perhatian yang serius bagi pihak manajemen.


Upaya untuk meningkatkan keunggulan kompetitif sumberdaya manusia perusahaan, maka konsep yang meletakkan SDM sebagai elemen kunci untuk sukses harus mempertimbangkan factor-faktor kombinasi yang krusial (crucial ingredient) dalam organisasi yaitu keseimbangan antara apa yang dapat diberikan olehperusahaan terhadap karyawan. Tuntutan karyawan terhadap organisasi menyangkut eksistensi mereka dalam perusahaan seperti: penghargaan, perlindungan, hak asasi, gaji, lingkungan kerja yang sehat dan jaminan social harus seimbang dengan kontribusi yang bias mereka berikan terhadap perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan secara terus menerus pada akhirnya secara kumulatif memberikan kepuasan kepada pelanggan, karyawan, dan pemegan saham.

Perencanaan jangka panjang juga dikenal sebagai perencanaan strategis karena mengidentifikasi tujuan-tujuan yang akan memberikan perusahaan posisi yang paling menguntungkan dalam lingkungannya, serta menentukan strategi-strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pentingnya perencanaan strategis pada manajemen tingkat atas merupakan alasan Robert Anthony menamakan tingkat itu tingkat perencanaan strategis. Setelah rencana strategis untuk perusahaan telah ditetapkan, tiap area fungsional bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana strategis mereka sendiri. Rencana-rencana fungsional merinci bagaimana area-area tersebut akan mendukung perusahaan saat perusahaan bekerja menuju tujuan strategisnya.
Para manajer mengambil keputusan strategis dalam suasana yang kompetitif. Perusahaan mereka berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk mendapatkan pelanggan. Kompetisi adalah proses yang keras dan menjatuhkan dalam hal mana hanya perusahaan yang paling efisien dan efektif akan menjadi pemenang. Itu adalah pertarungan tanpa akhir. Untuk memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, para manajer harus dapat menformulasikan dan mengimplementasikan berbagai strategi yang dapat membuat perusahaan mereka mengalahkan para pesaing dan memberikan perusahaan keunggulan kompetitif. Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif dari para pesaingnya ketika profitabilitasnya lebih besar dari profitabilitas dan pertumbuhan profit dari perusahaan lain yang berkompetisi untuk mendapatkan pelanggan yang sama.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan ketika strateginya dapat menjaga tingkat profitabilitas di atas rata-rata selama beberapa tahun. Jika perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, maka perusahaan tersebut memperoleh pangsa pasar dari para pesaingnya dan kemudian meningkatkan keuntungannya menjadi semakin cepat dibandingkan dengan para pesaingnya. Sebagai akibatnya, keunggulan kompetitif juga akan mendorong pertumbuhan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan para pesaing. Kunci dari memahami keunggulan kompetitif adalah mengapresiasi bagaimana berbagai strategi yang dijalankan oleh para manajer sepanjang waktu dapat menciptakan aktivitas yang membuat perusahaan menjadi unik atau berbeda dibanding para pesaing dan dapat secara konsisten mengalahkan para pesaing.

Para manajer atau pemimpin adalah pelaku utama dalam proses penyusunan strategi. Manajer secara individu harus mengambil tanggungjawab untuk menformulasikan strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif dan menerapkan strategi tersebut sehingga memberikan hasil. Mereka harus memimpin proses penyusunan strategi. Strategi yang menyebabkan Walmart begitu sukses bukanlah bentuk yang dipilih dari yang berlaku pada kebanyakan perusahaan, strategi tersebut ditetapkan oleh pendiri perusahaan, Sam Walton, dan para manajer yang direkrut. Keberhasilan Walmart dihasilkan terutama dari bagaimana para manajer perusahaan berkinerja berdasarkan peran strategis dari masing-masing manajer atau pemimpin.

Manajer umum pada tingkat bisnis, atau juga disebut sebagai manajer bisnis (business-level manager), adalah pemimpin dari divisi tersebut. Peran strategis dari para manajer ini adalah untuk menterjemahkan pernyataan umum mengenai arah dan kehendak yang datang dari tingkat korporat menjadi suatu strategi yang kongkrit dalam bisnis. Manajer umum korporat (corporate-general manager) berperan dalam strategi di antara berbagai bidang bisnis, sedangkan manajer bisnis berperan dalam strategi spesifik untuk masing-masing bidang bisnis. sasaran kinerja utama korporat adalah menjadi nomor satu atau nomor dua pada berbagai bidang yang dijalankan perusahaan. Para manajer umum bekerja untuk setiap detil dari model bisnis yang konsisten dengan sasaran korporat ini.
Manajer fungsional bertanggungjawab pada fungsi bisnis atau kegiatan operasi yang spesifik (misal sumber daya manusia, pembelian, pengembangan produk, layanan pelanggan, dan sebagainya) yang merupakan tanggungjawab perusahaan ataupun salah satu dari divisi yang ada di dalamnya. Dengan demikian manajer fungsional mengendalikan peran umum dari aktivitas organisasi, sedangkan manajer umum mengendalikan kegiatan operasional dari keseluruhan perusahaan. Sekalipun mereka tidak bertanggungjawab terhadap terhadap kinerja keseluruhan dari organisasi, para manajer fungsional tetap memiliki peran strategis: membangun strategi fungsional pada wilayahnya masing-masing yang mendukung sasaran strategis dari bisnis yang disusun oleh para manajer tingkat korporat.

Pemimpin harus mempunyai kredibilitas dan reputasi yang hebat, agar ia mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada setiap orang. Untuk bersemangat dan bangkit bersama dengan perubahan baru. Pemimpin strategis adalah himpunan keputusan dan tindakan yang digunakan untuk merumuskan dan menerapkan strategi khusus guna mencapai keunggulan kompetitif yang sesuai antara organisasi dan lingkungannya, sehingga mencapai tujuan organisasi. Strategi dapat dikatakan efektif jika melakukan empat tanggung jawab utama yakni konseptualisasi organisasi visi, misi, dan nilai-nilai inti, mengawasi perumusan tujuan, strategi, kebijakan, structur yang menerjemahkan visi dan misi, menciptakan lingkungan dan budaya untuk belajar organisasi dan menyajikannnya sebagai pemandu dan teladan bagi yang lain.






BAB IV
KESIMPULAN

Modal intelektual adalah asset yang tidak terlihat yang merupakan gabungan dari modal manusia dan modal structural. Modal manusia diperoleh dari tiga sumber, yaitu kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual. Kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup yang berhubungan dengan perasaan dan sikap dari seorang pekerja terhadap pekerjaannya. Faktor yang menentukan kepuasan kerja pegawai bersumber dari pekerjaan itu sendiri, lingkungan kerja pegawai,dan proses kerja & hasil kerja. Modal intelektual dan komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi pegawaidalam bekerja pada organisasi bisnis. Modal intelektual dan kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pegawai
dalam bekerja pada organisasi bisnis. Modal intelektual, kompetensi, dan komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai dalam bekerja pada organisasi bisnis.
           
            Keunggulan kompetitif adalah sebuah karakteristik dari sebuah organisasi yang memungkinkah untuk menciptakan lebih banyak keuntungan dari bisnis karena lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dari pada para pesaingnya. Keunggulan kompetitif akan terjadi apabila terdapat pandangan pelanggan bahwa mereka memperoleh nilai tertentu dari transaksi ekonomi dengan perusahaan tersebut. Untuk itu syartnya semua karyawan harus focus pada kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal demikian baru terwujud ketika pelanggan dilibatkan dalam merancang proses memproduksi barang dan atau jasa serta didorong membantu perusahaan merancang sistem menejemen sumber daya manusia yang kan mempercepat pengiriman barang dan jasa yang dinginkan pelanggan.

            Kepemimpinan strategi adalah kemampuan seseorang untuk megantisipasi, memimpin, memimpikan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir secara strategis, dan bekerja dengan orang lain untuk memulai perubahan yang akan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi perrusahaannya dengan memberikan arah dan inspirasi yang diperlukan untuk membuat dan melaksanakan visi, misi dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpon strategi yang efektif antara lain memiliki keterampilan untuk mengantisipasi dan meramalkan kejadian lingkungan organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi kinerja perusahaan , membangun tim karyawan yang sangat efektif, efesien dan termotivasi, menentukan tujuan dan prioritas yang tepat untuk mencapainya serta menjadi komunikator yang efektif.

           
           



DAFTAR PUSTAKA

Syafaruddin Alwi 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Strategi KeunggulanKompetitif. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta.

Stewart, Thomas A. 1999. Intellectual Capital: The Wealth of Organizations. Doubleday.
Hartono, Budi (Oktober 2001), “Intellectual Capital: Sebuah Tantangan Akuntansi Masa Depan”, Media Akuntansi, Edisi 2, Thn VIII, hal 65-72

Koenig, Michael (2000), “The Resurgence of Intellectual Capital: The Emphasis Shifts
From Measurement to Management”, http://www.infotoday.com/it/Sep00/
koenig.htm.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar